Pulau-pulau kecil sebagai sebuah entitas di wilayah pesisir dalam pengembangannya sering dihadapkan pada kendala ukuran fisik (smallness) yang sering menjadi penghambat dalam mencapai skala ekonomi yang menguntungkan. Padahal dalam pengembangan skala ekonomi tersebut hal yang paling efektif untuk mencapai kinerja ekonomi dalam kondisi ini terfokus pada keuntungan komparatif dan kompetitif, tingkat keterbukaan ekonomi, dan rintangan skala ekonomi serta ruang lingkup yang mempengaruhi kinerja ekonomi. Oyewole (2001) berpendapat bahwa spesialisasi di bidang jasa memiliki dampak positif yang kuat terhadap kinerja ekonomi dan memperkirakan di wilayah dengan spesialisasi bidang pariwisata akan melakukannya dengan baik. Sebelumnya Latimer's (1985) dan Modeste's (1995) juga berpendapat bahwasanya pertumbuhan pariwisata mempengaruhi secara posistif pembangunan ekonomi di pulau-pulau kecil. Dalam perkembangannya pada masa sekarang terdapat beberapa pulau-pulau kecil yang menggunakan pengembangan pariwisata sebagai strategi untuk mencapai pertumbuhan ekonomi dan kinerja pembangunan yang lebih besar. Pendapat tersebut menjadi intuisi meski ukuran kecil bisa menghambat ekonomi namun kinerja pariwisata telah menjadi penggerak penting untuk mengatasi kendala tesebut (Conlin and Baum, 1995; Apostolopoulos and Gayle, 2002; Baum, et al, 2000).
Pada proses pertumbuhan ekonomi, faktor ukuran kecil suatu kawasan serimg menjadi pembatas dalam pencapaian skala ekonomi tertentu dengan dibatasinya berbagai macam kegiatan dasar ekonomi yang dapat dilakukan (Baca, 2001). Pembatasan ini berkaitan dengan ukuran pasar, sumber daya, tenaga kerja dan kekuatan modal wilayah kecil untuk menyongsong ekonomi global serta mencapai skala ekonomi yang cukup bagi produksi ekspor.
Dibandingkan dengan banyak negara berkembang, kinerja ekonomi pulau kecil memperlihatkan catatan yang mengesankan (Easterly and Kraay, 2000; Lanza and Pigliaru, 2000; dan World Bank, 2002). Keuntungan pendapatan ini mencerminkan keuntungan produktivitas dan menunjukkan bahwa pulau kecil dapat memanfaatkan skala pengembalian dalam pasar global. Bukti menunjukkan bahwa banyak negara-negara kecil kaya, tumbuh pada kecepatan yang sama, dan memiliki tinggi tingkat produktivitas dari negara-negara besar (Easterly and Kraay, 2000). Berdasarkan catatan di negara Amerika Latin dan Karibia, negara-negara dengan kurang dari satu juta penduduk telah mengungguli lebih dari lima kali pendapatan negara yang memiliki lebih dari 10 juta penduduk selama periode terbentang 1980-2000 (Escaith, 2001). Kesuksesan ini karena danya pola spesialisasi pemanfaatan di Karibia. Layanan berbasis ekonomi atau jasa (seperti Barbados, Antigua dan Barbuda, St Lucia, St Kitts dan Nevis, St Vincent dan Grenadines, Bahama, Inggris Kepulauan Virgin, dan Kepulauan Cayman) telah menunjukkan ketahanan lebih kuat terhadap globalisasi dibandongkan barang berbasis ekonomi (Baca, 2004). Salah satu sektor layanan produktif tersebut adalah kegiatan pariwisata yang menjadi penggerak dalam mempercepat pertumbuhan ekonomi di beberapa negara kepulauan tersebut (Ocampo, 2002; Armstrong and Baca, 2001). Kondisi tersebut membuktikan bahwasanya ukuran besar bukanlah jaminan kemakmuran dan kecilnya skala bukanlah sesuatu yang fatal bagi kemakmuran. Lebih lanjut Vanegas dan Croes (2003) menunjukkan adanya hubungan positif yang kuat antara pariwisata dan ekonomi kinerja di Aruba. Hal ini juga menunjukkan bahwa variabel ukuran wilayah memiliki sedikit pengaruh pada perbedaan tingkat pertumbuhan ekonomi.
Pariwisata memberikan keuntungan dalam mengatasi keterbatasan ukuran
dalam tiga cara. Pertama, menyediakan volume barang dan jasa yang cukup memenuhi permintaan pasar secara efisien dan skala ekonomi yang mampu menyediakan lebih barang dan jasa sehingga menurunkan biaya satuan produksi. Kedua, meningkatkan persaingan dengan mendorong pendatang baru di pasar, sehingga memberikan dampak positif pada tingkat harga barang dan layanan. Ketiga, pariwisata dengan memberikan skala dan kompetisi bersama dengan pilihan konsumen yang lebih besar dan keterbukaan perdagangan, dapat meningkatkan taraf hidup sehingga dapat meningkatkan
kualitas hidup di sebuah negara kecil. Mullen (1993) menegaskan bahwa keterbukaan perdagangan ekonomi merangsang pertumbuhan yang, pada gilirannya, memenuhi kebutuhan dasar populasi.
dalam tiga cara. Pertama, menyediakan volume barang dan jasa yang cukup memenuhi permintaan pasar secara efisien dan skala ekonomi yang mampu menyediakan lebih barang dan jasa sehingga menurunkan biaya satuan produksi. Kedua, meningkatkan persaingan dengan mendorong pendatang baru di pasar, sehingga memberikan dampak positif pada tingkat harga barang dan layanan. Ketiga, pariwisata dengan memberikan skala dan kompetisi bersama dengan pilihan konsumen yang lebih besar dan keterbukaan perdagangan, dapat meningkatkan taraf hidup sehingga dapat meningkatkan
kualitas hidup di sebuah negara kecil. Mullen (1993) menegaskan bahwa keterbukaan perdagangan ekonomi merangsang pertumbuhan yang, pada gilirannya, memenuhi kebutuhan dasar populasi.
Pariwisata menyumbang lebih dari 10% dari PDB kinerja ekonomi terbaik di Karibia, seperti Bahama, Barbados dan Antigua dan Barbuda, menurut studi Ramkissoon (2002), yang mengukur perubahan rata-rata PDB per kapita selama periode 25 tahun 1975 - 2000. Dalam kasus terburuk pemain, ukuran sektor ini diabaikan. Satu studi menemukan korelasi yang signifikan antara pertumbuhan pariwisata dan pertumbuhan ekonomi dalam sebuah studi dari 29 negara Karibia (Grassl, 2002 sebagaimana dikutip dalam Jayawardena and Ranajeesingh, 2003). Jayawardeena dan Ranajeesingh (2003) menemukan bukti pulau-pulau kecil tidak memiliki kelemahan dalam spesialisasi di bidang pariwisata yang didorong oleh modal bersih yang lebih rendah dari penghasilan. Vanegas dan Croes (2003) juga menemukan di Aruba nilai bersih penerimaan pariwisata hampir 84%.
Pariwisata juga menawarkan kesempatan terbaik untuk pembangunan yang diistilahkan sebagai pertumbuhan dan menciptakan lapangan kerja, menghasilkan valuta asing serta mengurangi kemiskinan. Dalam sebuah studi empiris untuk menentukan volatilitas pariwisata di Karibia, Maloney dan Montes Rojas (2001) menyimpulkan bahwa pendapatan berasal dari pariwisata dua kali sampai lima kali lebih stabil sebagai penerimaan barang. Hal ini menunjukkan bahwa pendapatan pariwisata cenderung stabil dibandingkan penerimaan barang.
Pulau-pulau kecil terdiri
dari banyak sub-sistem seperti sub-sistem ekonomi, masyarakat, demografi, budaya, lingkungan, dan ekologi.
Sub-sistem tersebut saling interaktif dan saling
tergantung. Interaksi
antara sub-sistem ini mendefinisikan perilaku dan
kesinambungan dari sebuah pulau terhadap pengaruh eksternal maupun internal dan penyesuaian yang dilakukan. Kesetimbangan berkelanjutan
dapat dicapai jika setiap sub-sistem mampu berjalan secara
harmonis yang berpengaruh terhadap upaya
peningkatan pendapatan, kesehatan, kekayaan budaya, otonomi pengambilan
keputusan, keanekaragaman hayati, dan perlindungan kehidupan ekologis (Bass dan
Dalal-Clayton, 1995). Namun, setelah tekanan adanya
dari luar, baik terhadap ekosistem, ekonomi, atau
masyarakat yang melebihi kapasitas pulau atau membuat perubahan reaksi sub-sistem, sub-sistem akan mengalami penurunan
atau breakdown. Keseimbangan antara sub-sistem akan mempengaruhi terhadap kesinambungan pembangunan
berkelanjutan dan dapat mengakibatkan kerusakan
ekosistem pulau.