Tuesday, February 23, 2010

DAMPAK FENOMENA EL-NINO DAN LA-NINA TERHADAP KEBERLANJUTAN EKOSISTEM WILAYAH PESISIR



I.  PENDAHULUAN
1.1.  Latar belakang
Indonesia terletak di antara dua benua (Asia dan Australia) dan dua samudera (Pasifik dan Hindia). Kondisi tersebut sangat mempengaruhi kondisi iklim Indonesia. Sistem cuaca dan iklim Indonesia dipengaruhi oleh kondisi lokal (seperti interaksi antar pulau), regional (seperti sistem monsoon) dan global (seperti El-Nino). Karena letaknya di antara dua samudera, maka terdapat interaksi yang kuat antara atmosfer dan lautan. Interaksi atmosfer-laut terjadi melalui inti-inti kondensasi awan yang diinjeksikan oleh percikan gelombang laut ke udara, dan melalui pelepasan panas laten kondensasi uap air ketika menjadi tetes-tetes awan. Interaksi antara atmosfer dengan lautan merupakan interaksi yang kompleks.
Atmosfer dan laut keduanya beredar dalam tiga dimensi dan saling mempengaruhi satu dengan yang lain. Interaksi antara atmosfer dan lautan melibatkan hal-hal berikut yang terkait juga dengan terjadinya anomali iklim, seperti : suhu lautan (di permukaan dan di pedalaman), tinggi permukaan laut, sirkulasi dari lautan (arus dan upwelling), suhu atmosfer (permukaan dan lapisan atas, tekanan udara di atmosfer (lapisan atas dan lapisan bawah) dan sirkulasi dari atmosfer (angin, sirkulasi Walter, dan Sirkulasi Hadley) (Chunzai and Fiedler 2006). Berkaitan dengan interaksi antara atmosfer-lautan, paling tidak ada empat faktor penyebab dominan anomali iklim yaitu: (1) anomali suhu muka laut nino 3.4, (2) arah angin, (3) beda tekanan uap air antara Darwin dan Tahiti, (4) Indian Ocean Dipole Mode (IOD). Intensitas, durasi dan frekuensi anomali iklim yang lebih dikenal dengan magnitude anomali iklim sangat dipengaruhi kapan dan seberapa besar dan banyak faktor dominan anomali iklim bekerja di wilayah tersebut. Besaran anomali iklim akan semakin besar apabila keempat faktor dominan bekerja secara simultan di wilayah yang sama pada musim hujan maupun kemarau.
Dampak langsungnya, curah hujan akan sangat tinggi (ekstrim maksimum) atau curah hujan sangat rendah (ekstrim minimum). Menariknya lagi, pengaruh faktor dominan penyebab anomali iklim terhadap suatu wilayah sangat berbeda, sehingga pemetaan pengaruhnya antar wilayah dan antar waktu merupakan pilihan yang harus dilakukan dalam adaptasi dampak anomali iklim. Hasil pemantauan fenomena anomali iklim selama ini menunjukkan bahwa Indonesia sangat dipengaruhi oleh fenomena La-Nina dan El-Nino (Partridge dan Mansur. 2002).  Berdasarkan hasil pengamatan 10 tahun terakhir intensitas kehadiran El-Nino akan bertambah besar dari 5 tahun satu kali menjadi 2 - 3 tahun satu kali. Sehingga dapat dibayangkan, apabila intensitasnya bertambah, maka dampaknya terhadap keberlangsungan ekosistem pesisir juga bertambah.

1.2  Tujuan Penulisan
Tulisan ini bertujuan untuk menganalisa dampak terjadinya fenomena El-Nino dan La-Nina terhadap keberlangsungan ekosistem pesisir dan lautan